Pengacara Anti-Hero dalam Prahara Internasional: Analisis Negosiasi dalam Bridge of Spies (2015)

Laras Kineta
5 min readJan 16, 2022

--

Sumber:Amblin Partners

Esai ini dibuat untuk penugasan ujian akhir semester mata kuliah Negosiasi, Resolusi, dan Konflik.

Bridge of Spies (2015) karya Steven Spielberg mengikuti kisah Jim Donovan sang protagonis utama, sebagai pengacara asuransi berbasis di New York yang ditunjuk untuk menjadi pengacara pembela terduga mata-mata Soviet Rudolf Abel. Mengikuti keberhasilannya, ia kemudian juga ditunjuk untuk menegosiasikan pertukaran Abel dengan Gary Powers, pilot AS yang ditangkap oleh Soviet ketika menjalani misi spionase. Berlatar belakang ketegangan puncak antara AS dan Soviet di tengah-tengah Perang Dingin, Donovan digambarkan sebagai seorang pria yang tabah dalam pendiriannya terhadap kewajiban moralnya sendiri bahkan ketika seluruh bangsa AS tampak menentangnya karena ‘membela mata-mata komunis, atau seperti yang dijelaskan oleh Abel, the standing man. Dalam analisis ini, saya berharap dapat mengelaborasi lebih jauh negosiasi yang digambarkan terutama dari dua aspek, dengan mencoba memahami gaya negosiasi Donovan sebagai karakter utama melalui negosiasi yang terjadi di dalam negeri dan mencoba menganalisis negosiasi tiga arah internasional yang menjadi sorotan alur film ini, melalui taktik-taktik negosiasi sebagaimana dielaborasi dalam Pruitt dan Carnevale (1993).

Ketika kasus Abel belum maju ke tahap pengadilan, Donovan mencoba berargumen bahwa terdapat pelanggaran protokol karena otoritas AS tidak memiliki surat perintah (warrant) yang tepat untuk penggeledahan yang membawa pada barang-barang bukti untuk mendakwa Abel. Donovan berdalih bahwa dengan mengatakan bahwa itu menyangkal hak konstitusional Abel. Namun, proposal ini ditolak mentah-mentah oleh Hakim Mortimer dengan dalih bahwa konstitusi berkewajiban melindungi hak konstituennya, yakni warga negara AS, dan Abel tidak memiliki predikat tersebut. Namun, dari penyampaian dan straight up denying-nya–”Are you seriously defending this communist?”– tampak bahwa Hakim Mortimer menekankan social pressure pada Donovan agar tidak membela Abel atas dasar bahwa sebagai seorang warga Amerika, sudah sepantasnya Donovan juga bersentimen negatif terhadap Soviet. Setelah kasus Abel diputuskan menuju persidangan, Donovan menggunakan argumen persuasif agar Mortimer tidak menjatuhi hukuman mati pada Abel dengan dasar pertimbangan bahwa Abel dapat menjadi token pertukaran apabila ada mata-mata AS yang ditahan di Soviet di kemudian hari. Selain itu, Donovan juga menggarisbawahi bahwa AS juga memiliki banyak mata-mata di seluruh penjuru dunia dan tentunya memahami bahwa mereka juga tidak sepantasnya diganjar hukuman mati.

Proses negosiasi yang menjadi sorotan dalam film ini adalah ketika kemudian Donovan diminta untuk menegosiasikan pertukaran tahanan antara Abel dengan Powers, pilot angkatan udara AS yang tertangkap ketika menjalani misi spionase untuk mengambil foto dari langit Soviet. Negosiasi ini juga menjadi semakin pelik dengan keterlibatan pemerintahan Jerman Timur yang menahan mahasiswa AS, Frederick Pryor, yang tertangkap di sisi tembok Berlin yang tidak seharusnya–di wilayah Jerman Timur. Sebelum masuk ke taktik-taktik yang digunakan dalam negosiasi multipartai ini, saya ingin mencoba memahami dulu apa yang dipertaruhkan di sini untuk masing-masing pihak. Bagi pemerintah AS lewat CIA, kepentingan mereka adalah untuk membebaskan Powers secepat mungkin karena Powers memiliki informasi sensitif yang tidak diketahui Soviet. Pryor menjadi kepentingan prioritas rendah karena tidak memiliki rahasia negara AS. Kepentingan Soviet adalah untuk mengambil kembali Abel sebelum ia juga membuka informasi sensitif, serta menahan Powers selama mungkin agar bisa mengorek informasi lebih lanjut. Kepentingan Jerman Timur adalah untuk mendapat rekognisi sebagai sebuah negara dari AS, dan diharapkan dengan menegosiasikan pertukaran Pryor dengan Abel, khalayak internasional dan AS sendiri bisa mengakui Jerman Timur sebagai negara.
Satu hal yang cukup menarik adalah hubungan representasi antara Donovan dengan pemerintah AS melalui CIA. Pertama, mandat yang didapatkan Donovan hanyalah sebatas berhasil menegosiasikan agar Soviet setuju menukar pembebasan Powers dengan pembebasan Abel, bahkan dengan terang-terangan mengabaikan Pryor yang masih menjadi tahanan di Jerman Timur. Hal ini bertentangan dengan keinginan Donovan sendiri yang dengan pegangan moralnya bersikeras bahwa hidup Pryor, meskipun tidak memiliki informasi classified, juga harus menjadi prioritas pemerintah AS. Selain itu, hal ini juga memperlihatkan bahwa Donovan tidak memandang negosiasi ini sebagai fixed pie seperti pemerintah AS, namun berupaya expanding the pie dengan bersikeras bahwa sejatinya Abel dapat menjadi token pertukaran untuk Powers dan Pryor. Kedua, tidak ada relasi akuntabilitas yang jelas–yang tentu menjadi sebuah loose end bagi Donovan–mengingat bahwa operasi ini bersifat off the books apabila gagal terlaksana. Dalam hal ini, model hubungan dengan representasi tidak bersifat one way (konstituen membentuk perilaku wakil), namun menjadi multi-influence. Terdapat role conflict karena Donovan juga harus bernegosiasi dengan tidak hanya dua namun tiga pihak yakni konstituennya sendiri, pihak Soviet, serta pihak Jerman Timur.

Ketika bernegosiasi dengan Soviet, Donovan menolak untuk terjebak dalam pemikiran satisficing meskipun CIA sudah menekankan bahwa pertukaran Abel dengan Powers saja sudah cukup dan bersikukuh bahwa Pryor juga harus dibebaskan. Donovan bertemu dengan Schischkin yang mengaku sebagai sekretaris kemenlu. Ketika Donovan mengungkapkan tuntutannya (Abel untuk Powers dan Pryor), Schischkin mencoba menggunakan taktik good cop-bad cop dengan menggambarkan dirinya sebagai partner negosiasi yang lebih mudah daripada Moskow pusat, menyiratkan bahwa his hands are tied dan keputusan akhir berada di luar kuasanya. Padahal, selanjutnya diketahui bahwa Schischkin sebenarnya adalah pejabat tinggi KGB (badan intelijen Soviet), mengimplikasikan bahwa ia sebenarnya memiliki pengaruh besar dalam keputusan Soviet. Donovan juga menekankan time pressure pada Schischkin ketika ditawarkan agar Abel dibebaskan sebagai token of political goodwill dahulu dan Powers dibebaskan beberapa bulan setelahnya, untuk menghindarkan Soviet dari memiliki lebih banyak waktu untuk menginterogasi Powers.

Sementara itu di sisi negosiasi dengan Jerman Timur, setelah perdebatan alot dengan Vogel, Donovan akhirnya bertemu dengan Jaksa Agung Jerman Timur. Setelah sempat bernegosiasi dan ditinggalkan di tengah-tengah pembicaraan, tampak menumbuhkan rasa geram tersendiri pada Donovan yang membuat gaya negosiasinya menjadi cenderung contending. Meskipun hanya melewati seorang asisten muda, Donovan menunjukkan sikap toughness, menyiratkan bahwa ia tidak seharusnya diremehkan dan bahwa dia berani bertindak non-kooperatif apabila demand-nya tidak terpenuhi. Hal ini berhasil mendorong kerjasama karena Jerman Timur melihat kerjasama dengan AS sebagai sebuah pencapaian besar, karena kesepakatan ini menyiratkan bahwa AS mengakui keberadaan Jerman Timur sebagai entitas negara. Donovan memainkan kartu ‘relasi kuasa’ Soviet dan AS atas Jerman Timur, yakni mengatakan bahwa apabila mereka tidak membebaskan Pryor, maka AS pun tidak akan membebaskan Abel pada Soviet dan Jerman Timur harus menjadi pembawa berita bahwa kesepakatan sebelumnya gagal kepada Soviet. Donovan tahu hal tersebut ditakuti oleh Jerman Timur karena mereka akan mendapat predikat ‘gagal’ bernegosiasi dengan dua kekuatan besar politik internasional saat itu dan semakin diragukan kedaulatannya sebagai negara oleh khalayak internasional. Donovan juga mengadopsi positional commitment dengan bersikap take it or leave it seraya menempatkan time pressure pada pihak Jerman Timur dengan membatasi waktu pengambilan keputusan mereka hanya hingga penghujung hari kerja tersebut.

Hasil akhir dari negosiasi ini adalah Soviet setuju untuk melepaskan Powers, bertukar dengan Abel di jembatan Glienicke dan di saat bersamaan, Jerman Timur melepaskan Pryor di Checkpoint Charlie antara Jerman Timur dan Barat yang lebih banyak menarik perhatian. Dalam negosiasi ini, tampak bahwa terdapat bridging karena kepentingan ketiganya terpenuhi meskipun kepentingan awalnya ada yang tidak terpenuhi (Jerman Timur tidak mendapatkan Powers, Soviet tidak mendapat informasi dari Powers). Memandangnya dari perspektif Donovan, dapat saya pahami bahwa karakter Donovan sendiri adalah perwujudan dari expanding the pie, dimana ia selalu mencoba mengeksplorasi lebih jauh peluang-peluang yang bisa diraih dalam konflik yang dihadapinya, khas karakter protagonis kesayangan Hollywood sebagai seorang pria yang selalu mencoba melakukan lebih daripada yang diminta darinya.

--

--